KEPERAWATAN
MEDIKAL BEDAH III
“ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIABETES INSIPIDUS”
Disusun
oleh
:
PROGRAM
STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MALANG
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Diabetes insipidus
merupakan suatu penyakit yang jarang ditemukan. Penyakit ini
diakibatkan oleh berbagai penyebab yang dapat mengganggu mekanisme
Neurohypophyseal-renal reflex sehingga mengakibatkan kegagalan tubuh
dalam mengkonversi air. Kebanyakan kasus-kasus yang pernah ditemui
merupakan kasus idiopatik yang dapat bermanifestasi pada berbagai
tingkatan umur dan jenis kelamin. ( Prof.
Dr. Margono Soekarjo)
Terdapat 4 jenis
diabetes insipidus yaitu diabetes insipidus sentral, nefrogenik,
dipsogenik, dan gestasional. Pada diabetes insipidus sentral,
kelainan terletak di hipofisis, sedangkan pada diabetes insipidus
nefrogenik kelainan dikarenakan ginjal tidak memberikan respon
terhadap hormon antidiuretik sehingga ginjal terus menerus
mengeluarkan sejumlah besar air kemih yang encer. Diabetes insipidus
bisa merupakan penyakit keturunan. Gen yang menyebabkan penyakit ini
bersifat dominan dan dibawa oleh kromosom X. Wanita yang membawa gen
ini bisa mewariskan penyakit ini kepada anak laki-lakinya. Penyebab
lain dari diabetes insipidus nefrogenik adalah obat-obat tertentu. (
Prof. Dr. Margono
Soekarjo)
Diabetes insipidus
ditandai dengan gejala khas yaitu poliuria dan polidipsia. Jika
penyebabnya genetik, gejala biasanya timbul segera setelah lahir.
Bayi tidak dapat menyatakan rasa hausnya, sehingga mereka bisa
mengalami dehidrasi. Bayi bisa mengalami demam tinggi yang disertai
dengan muntah dan kejang-kejang. Jika tidak segera terdiagnosis dan
diobati bisa terjadi kerusakan otak, sehingga bayi mengalami
keterbelakangan mental. Dehidrasi yang sering berulang juga akan
menghambat perkembangan fisik. ( Prof.
Dr. Margono Soekarjo)
Kebanyakan
kasus-kasus yang pernah ditemui merupakan kasus idiopatik yang dapat
bermanifestasi pada berbagai tingkatan umur dan jenis kelamin.
- Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi
rumusan masalah dalam makalah ini adalah untuk mengetahui konsep
Diabetes Insipidus dan mengaplikasikan Asuhan Keperawatan Diabetes
Insipidus.
- Tujuan
- Tujuan Umum
Tujuan umum dari
Penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan mengenai
penyakit Diabetes Insipidus
- Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui definisi/pengertian Diabetes Insipidus?
- Untuk mengetahui macam-macam/klasifikasi Diabetes Insipidus?
- Untuk mengetahui etiologi dari Diabetes Insipidus?
- Untuk mengetahui tanda dan gejala Diabetes Insipidus?
- Untuk mengetahui patofisiologi Diabetes Insipidus ?
- Untuk mengetahui penatalaksanaan pada pasien diabetes insipidus?
- Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada pasien Diabetes Insipidus?
- Untuk mengetahui penyusunan asuhan keperawatan pada pasien Diabetus Insipidus?
BAB
II
KONSEP
TEORI
- Pengertian
Diabetes insipidus
adalah kegagalan tubuh untuk menyimpan air karena kekurangan hormon
antidiuretik (ADH, vasopresin ), yang disekresikan oleh ginjal, atau
karena ketidakmampuan ginjal untuk berespon pada ADH. Diabetes
insipidus ditandai oleh polidipsi dan poliuria .
( Nettina M.
Sandra. 2001)
Diabetes insipidus
adaah suatu penyakit yang ditandai oleh penurunan produksi sekresi
dan fungsi dari ADH. (Corwin,2000)
Diabetes insipidus
merupakan kelainan pada lobus posterior hipofisis yang disebabkan
oleh defisiensi vasopressin yang merupakan hormone anti diuretic
(ADH). Kelainan ini ditandai oleh rasa haus yang sangat tinggi (
polidipsia ) dan pengeluaran urin yang encer dengan jumlah yang
besar. (Suzanne C, 2001).
- Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes
Insipidus menurut Buku Ajar Patofisiologi Kedokteran,2007.
Jakarta:EGC.
- Diabetes insipidus sentral
Merupakan bentuk
tersering dari diabetes insipidus dan biasanya berakibat fatal.
Diabetes insipidus sentral merupakan manifestasi dari kerusakan
hipofisis yang berakibat terganggunya sintesis dan penyimpanan ADH.
Hal ini bisa disebabkan oleh kerusakan nucleus supraoptik,
paraventrikular, dan filiformis hipotalamus yang mensistesis ADH.
Selain itu, diabetes insipidus sentral (DIS) juga timbul karena
gangguan pengangkutan ADH akibat kerusakan pada akson traktus
supraoptiko hipofisealis dan akson hipofisis posterior di mana ADH
disimpan untuk sewaktu-waktu dilepaskan ke dalam sirkulasi jika
dibutuhkan.
Penanganan pada
keadaan DI sentral adalah dengan pemberian sintetik ADH
(desmopressin) yang tersedia dalam bentuk injeksi, nasal spray,
maupun pil. Selama mengkonsumsi desmopressin, pasien harus minum
hanya jika haus. Mekanisme obat ini yaitu menghambat ekskresi air
sehingga ginjal mengekskresikan sedikit urin dan kurang peka terhadap
perubahan keseimbangan cairan dalam tubuh.
- Diabetes insipidus nefrogenik
Keadaan ini terjadi bila ginjal kurang peka terhadap ADH. Hal ini dapat di sebabkan oleh konsumsi obat seperti lithium, atau proses kronik ginjal seperti penyakit ginjal polikistik, gagal ginjal, blok parsial ureter, sickle cell disease, dan kelainan genetik, maupun idiopatik. Pada keadaan ini, terapi desmopressin tidak akan berpengaruh. Penderita diterapi dengan hydrochlorothiazide (HCTZ) atau indomethacin. HCTZ kadang dikombinasikan dengan amiloride. Saat mengkonsumsi obat ini, pasien hanya boleh minum jika haus untuk mengatasi terjadinya volume overload. - Diabetes insipidus dipsogenik
Kelainan ini
disebabkan oleh kerusakan dalam mekanisme haus di hipotalamus. Defek
ini mengakibatkan peningkatan rasa haus yang abnormal sehingga
terjadi supresi sekresi ADH dan peningkatan output urin. Desmopressin
tidak boleh digunakan untuk penanganan diabetes insipidus dipsogenik
karena akan menurunkan output urin tetapi tidak menekan rasa haus.
Akibatnya, input air akan terus bertambah sehingga terjadi volume
overload yang berakibat intoksikasi air (suatu kondisi dimana
konsentrasi Na dalam darah rendah/hiponatremia) dan dapat berefek
fatal pada otak. Belum ditemukan pengobatan yang tepat untuk diabetes
insipidus dipsogenik.
- Diabetes insipidus gestasional
Diabetes insipidus
gestasional terjadi hanya saat hamil jika enzim yang dibuat plasenta
merusak ADH ibu. Kebanyakan kasus diabetes insipidus pada kehamilan
membaik diterapi dengan desmopressin. Pada kasus dimana terdapat
abnormalitas dari mekanisme haus, desmopresin tidak boleh digunakan
sebagai terapi.
- Etiologi
Penyebab terjadinya
Diabetes Insipidus antara lain : ( Baughman C. Diane & Joann C.
Hackley. 2000)
Defisiensi ADH (
diabetes insipidus sentral) yang mungkin kongenital atau didapat,
disebabkan oleh defek SSP, trauma kepala, infeksi , tumor otak, atau
idiopatik. Penurunan sensitivitas ginjal pada ADH ( diabetes
insipidus nefrogenik ) biasanya menyertai penyakit ginjal kronis ,
atau supresi ADH sekunder akibat mengkonsumsi cairan berlebihan (
polidipsia primer)
- Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis
penderita diabetes insipidus ialah sebagai berikut:
(Abdoerachman,dkk, 1974)
- Poliuria : haluaran urine harian dalam jumlah yang sangat banyak dengan urine yang sangat encer ; berat jenis urine 1,001 aampai 1,005 atau 50 - 200 mOsmol/kg berat badan, biasanya mempunyai awitan mendadak, tetapi mungkin secara tersamar pada orang dewasa. Jumlah cairan yangdiminum maupun produksi urin per 24 jam sangat banyak , dapat mencapai 5 - 10 liter sehari.
- Polidipsia : rasa sangat kehausan , 4 sampai 40 liter cairan setiap hari, terutama sangat membutuhkan air yang dingin .
- Dehidrasi
Bila tidak mendapat
cairan yang adekuat akan terjadi dehidrasi. Komplikasi dari
dehidrasi, bayi bisa mengalami demam tinggi yang disertai dengan
muntah dan kejang-kejang. Jika tidak segera terdiagnosis dan diobati,
bisa terjadi kerusakan otak, sehingga bayi mengalami keterbelakangan
mental. Dehidrasi yang sering berulang juga akan menghambat
perkembangan fisik.
- Penderita terus berkemih dalam jumlah yang sangat banyak, terutama di malam hari (nokturia). Tentu akan sangat merepotkan jika setiap tidur malam harus bolak-balik ke kamar mandi hanya untuk buang air kecil. Akibatnya kualitas tidur menjadi berkurang, dan kondisi kesehatan pun turun/kelelahan karena kurang tidur.
- Pada bayi yang diberikan minum seperti biasa akan tampak kegelisahan yang tidak berhenti, sampai timbul dehidrasi, panas tinggi, dan terkadang sampai syok.
- Gejala lain:
- Penurunan berat badan
- Bola mata cekung
- Hipotensi
- Tidak berkeringat atau keringat sedikit, sehingga kulit kering dan pucat
- Anoreksia
- Patofisiologi
Patofisiologi
Diabetes Insipidus menurut Buku
Ajar Patofisiologi Kedokteran,2007:
Vasopresin arginin
merupakan suatu hormon antidiuretik yang dibuat di nucleus
supraoptik,paraventrikular , dan filiformis hipotalamus, bersama
dengan pengikatnya yaitu neurofisin II. Vasopresin kemudian diangkut
dari badan-badan sel neuron tempat pembuatannya, melalui akson menuju
keujung-ujung saraf yang berada di kelenjar hipofisis posterior, yang
merupakan tempat penyimpanannya.Secara fisiologis, vasopressin dan
neurofisin yang tidak aktif akan disekresikan bila ada rangsang
tertentu. Sekresi vasopresin diatur oleh rangsang yang meningkat pada
reseptor volume dan osmotic.Suatu peningkatan osmolalitas cairan
ekstraseluler atau penurunan volume intravaskuler akanmerangsang
sekresi vasopresin. Vasopressin kemudian meningkatkan permeabilitas
epitel duktus pengumpul ginjal terhadap air melalui suatu mekanisme
yang melibatkan pengaktifan adenolisin dan peningkatan AMP siklik
(yaitu Adenosin Mono Fosfat). Akibatnya, konsentrasi kemih meningkat
dan osmolalitas serum menurun. Osmolalitas serum biasanya
dipertahankan konstan dengan batas yang sempit antara 290 dan 296
mOsm/kg H2O.
Gangguan dari
fisiologi vasopressin ini dapat menyebabkan pengumpulan air pada
duktus pengumpul ginjal meningkat karena berkurang permeabilitasnya,
yang akan menyebabkan poliuria atau banyak kencing.Selain itu,
peningkatan osmolalitas plasma akan merangsang pusat haus, dan
sebaliknya penurunan osmolalitas plasma akan menekan pusat haus.
Ambang rangsang osmotic pusat haus lebih tinggi dibandingkan ambang
rangsang sekresi vasopresin. Sehingga apabila osmolalitas plasma
meningkat, maka tubuh terlebih dahulu akan mengatasinya dengan
mensekresi vasopresin yang apabila masih meningkat akan merangsang
pusat haus, yang akan berimplikasi orang tersebut minum
banyak(polidipsia).
Secara patogenesis,
diabetes insipidus dibagi menjadi 2 yaitu diabetes insipidus sentral,
dimana gangguannya pada vasopresin itu sendiri dan diabetes insipidus
nefrogenik, dimana gangguannya adalah karena tidak responsifnya
tubulus ginjal terhadap vasopresin.
- Penatalaksanaan
Menurut Buku
Saku
keperawatan
medikal bedah Brunner & Suddarth, penatalaksanaan
dari Diabetes Insipidus adalah sebagai berikut:
Sasaran dari terapi
adalah untuk menjamin penggantian cairan yang adekuat, untuk
menggantikan vasopresin, dan untuk mencari serta memperbaiki patologi
intrakarnial yang mendasarinya.
- Penggantian vasopresin
- Desmopressin (DDAVP) , diberikan melalui intranasal , dua kali pemberian per hari untuk mengontrol gejala.
- Pemberian ADH intramuskular ( vasopresin tannat dalam minyak ) setiap 24 jam sampai 96 jam untuk mengurangi volume urine; rotasikan tempat suntikan untuk mencegah lipodistrofi.
- Lypressin (DIAPID) diserap melalui mukosa nasal kedalam darah; durasinya mungkin akan singkat pada pasien dengan penyakit yang parah .
- Konservasi cairan
- Clofibrat, suatu preparat hipolipidemik, mempunyai efek antidiuretik pada pasien yang mempunyai sebagian vasopresin hipotalamik residual.
- Klorpropamid (Diabinese) dan diuretik tiasid digunakan dalam bentuk ringan untuk memperkuat kerja vasopresin ; dapat menyebabkan reaksi hipoglikemia.
- Asal nefrogenik
- Diuretik tiasid, penipisan kadar garam ringan, dan inhibitor prostaglandin ( misal : ibuprofen, endometasin ) .
Menurut Ni Ketut
Rahajeng selain terapi hormone pengganti dapat juga dipakai terapi
adjuvant yang secara fisiologis mengatur keseimbangan air dengan cara
:
- Mengurangi jumlah air ke tubuus distal dan collecting duct.
- Memacu pelepasan ADH endogen.
- Meningkatkan efek ADH endogen yang masih ada pada tubulus ginjal.
- Obat-obatan adjuvant yang biasa dipakai adalah Diuretic Tiazid, Klorpopamid, Kofibrat, Karbamazepin.
- Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
penunjang yang dilakukan pada Diabetes Insipidus adalah : (Talbot,
Laura, dkk.1997)
- Hickey-Hare atau Carter-Robbins test.
Pemberian infuse
larutan garam hipertonis secara cepat pada orang normal akan
menurunkan jumlah urin. Sedangkan pada diabetes insipidus urin akan
menetap atau bertambah. Pemberian pitresin akan menyebabkan turunnya
jumlah urin pada pasien DIS dan menetapnya jumlah urin pada pasien
DIN.
- Fluid deprivation menurut Martin Golberg.
- Sebelum pengujian dimulai, pasien diminta untuk mengosongkan kandung kencingnya kemudian ditimbanh berat badannya, diperiksa volum dan berat jenis atau osmolalitas urin pertama. Pada saat ini diambil sampel plasma untuk diukur osmolalitasnya.
- Pasien diminta buang air kecil sesering mungkin paling sedikit setiap jam
- Pasien ditimbang setiap jam bila diuresis lebih dari 300 ml/jam atau setiap 3 jam bila dieresis kurang dari 300 ml/jam.
- Setiap sampel urin sebaiknya diperiksa osmolalitasnya dalam keadaan segar atau kalau hal ini tidak mungkin dilakukan semua sampel harus disimpan dalam botol yang tertutup rapat serta disimpan dalam lemari es.
- Pengujian dihentikan setelah 16 jam atau berat badan menurun 3-4 % tergantung mana yang terjadi lebih dahulu. Pengujian ini dilanjutkan dengan :
- Uji nikotin
- Pasien diminta untuk merokok dan menghisap dalam-dalam sebanyak 3 batang dalam waktu 15-20 menit.
- Teruskan pengukuran volume, berat jenis dan osmolalitas setiap sampel urine sampai osmolalitas/berat jenis urin menurun dibandingkan dengan sebelum diberikan nikotin.
- Uji Vasopresin :
- Berikan pitresin dalam minyak 5 m, intramuscular.
- Ukur volume, berat jenis, dan osmolalitas urin pada dieresis berikutnya atau 1 jam kemudian.
- Evaluasi Diagnostik
Menurut buku
pedoman
praktek keperawatan Nettina
M. Sandra,
evaluasi diagnostik pada Diabetes Insipidus dilihat dari :
- Urinalisis menunjukkan penurunan berat jenis, penurunan osmolalitas, dan penurunan natrium.
Uji penyimpangan
cairan, pemberian ditunda selama 8 sampai 12 jam sampai terjadi
penurunan tubuh sekitar 3 % sampai 5%. Ketidakmampuan untuk
meningkatkan berat jenis dan osmolalitas urin selama pemeriksaan
merupakan karakteristik diabetes insipidus.
- Peningkatan serum osmolalitas ( lebih besar dari 295 mOsm)
- serum natrium
- Serum ADH rendah dalam hubungan dengan serum osmolalitas yang tingggi.
- Tes kekurangan air ( potensial bahaya) untuk membedakan diabetes insipidus sentral dari diabetes insipidus nefrogenik .
- Cairan dibatasi, dan volume urinarius serta konsentrasi dipantau setiap jam, selama pasien ditimbang .
- Tes di akhiri bila pasien kehilangan lebih dari 3% sampai 5% berat badan. Serum natrium pasca-tes dan osmolalitas tinggi; osmolalitas urin tetap rendah.
- Tes diselesaikan dengan memberikan dosis ADH, yang harus menghentikan diuresis abnormal. Bila tidak, anak mungkin mengalami DI nefrogenik
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN
- Pengkajian
- Demografi
Menurut orphanet,
sebuah konsorsium European partner, menyatakan ini merupakan penyakit
langka yang terdapat 1 tiap 2.000 orang. gambaran klinis dan gejala
jangka panjang dari kekacauan ini sebagian besar tak tergambarkan.
metode yang dipelajari dari 79 pasien dengan diabetes insipidus
sentral yang diteliti pada empat pusat endokrinologi anak antara
tahun 1970 dan 1996. Terdiri 37 laki-laki dan 42 pasien wanita dengan
rata rata umur 7 tahun
- Riwayat :
Trauma kepala,
pembedahan kepala, pemakaian obat phenotoin, lithium karbamat,
infeksi kranial, tumor paru/mamae. Riwayat keluarga menderita
kerusakan tubulus ginjal atau penyakit yang sama
- Pemeriksaan fisik
- Kaji keadaan umum klien: klien terlihat lemah dan mata cekung
- Kaji TTV klien : TD pasien menurun dan suhu tubuh meningkat. RR dan nadi normal
- Sistem Integumen :Turgor kulit menurun (pucat) , kulit kering, mukosa bibir kering.
- Sistem Kardiovaskeler : Bradikardia
- Sistem Muskuloskeletal : Gerakan lambat.
- Sistem Neurologi ; Pasien tidak mengalami Pusing, orientasi baik, tidak ada perubahan pupil, kesadaran kompos metis dengan skala GCS = 15, reflek motorik penilaian 6,reflek pada mata pada penilaian 4,reflek Verbal pada penilaian 5
- Gastrointestinal :
intensitas untuk
berkemih semakin banyak tiap harinya.Output yang berlebih (frekuensi
BAK ≥ 6x/hari) terutama pada malam hari (nokturia).
penurunan
BB, poliuri.
3.
Diagnosa
Keperawatan
- Kekurangan volume cairan berhubungan dengan keluaran cairan aktif
- Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan permeabilitas tubulus ginjal, ditandai dengan poliuri dan nokturia.
- Gangguan pola tidur berhubungan dengan nocturia
- Keletihan fisik berhubungan dengan peningkatan kebutuhan terhadap istirahat
- Rencana Keperawatan
No.
|
Diagnosa
|
Tujuan
dan kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan keluaran cairan aktif
|
Tujuan
:
Setelah
diberikan tindakan selama 2 x 24 jam,diharapkan kekurangan volume
cairan teratasi.
Kriteria
hasil:
|
Manajemen
cairan :
|
|
2.
|
Gangguan
eliminasi urine berhubungan dengan penurunan
permeabilitas tubulus ginjal, ditandai dengan poliuri dan
nokturia.
|
Tujuan
:
Setelah
diberikan askeptindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan
gangguan eliminasi urin teratasi,.
Kriteria
hasil:
|
Manajemen
pengeluaran urin :
|
|
3.
|
Gangguan
pola tidur berhubungan dengan nocturia.
|
Tujuan
:
setelah
diakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan pola
tidur pasien tidak terganggu.
Kriteria
hasil :
|
|
|
BAB IV
PENUTUP
- Kesimpulan
Diabetes insipidus
merupakan suatu kondisi kronik dimana terjadi peningkatan rasa haus
dan peningkatan kuantitas urin dengan berat jenis yang rendah.
Kondisi ini merupakan manifestasi klinis dari defisiensi pitresin
(ADH)atau merupakan kondisi klinis akibat dari ketidakpekaan tubulus
ginjal terhadapADH.
Penyebab diabetes
insipidus dapat karena penyebab sentral yangmenyebabkan penurunan
produksi ADH maupun kelainan ginjal (diabetes insipidus nefrogenik)
yang menyebabkan ginjal kurang peka terhadap ADH, serta
idiopatik.Gejala klinis khas diabetes insipidus yaitu poliuria dan
polidipsia, gejala lainnya yaitu dehidrasi, hipertermia, nyeri
kepala, lemah dan lesu, nyeri otot,hipotermia dan takikardia. Berat
badan turun dengan cepat, serta gejala enuresis, pada anak yang telah
dapat mengendalikan kandung kencing, keringat sedikit sehingga kulit
kering dan pucat, anoreksia, lebih menyukai karbohidrat. Komplikasi
dari dehidrasi, bayi bisa mengalami demam tinggi yang disertaidengan
muntah dan kejang-kejang. Jika tidak segera terdiagnosis dan diobati,
bisa terjadi kerusakan otak, sehingga bayi mengalami keterbelakangan
mental. Dehidrasi yang sering berulang juga akan menghambat
perkembangan fisik. Gejala dan tanda lain tergantung pada lesi
primer.
Diagnosis ditegakkan
dengan anamnesa dan pemeriksaan penunjang(laboratorium : darah,
urinalisis fisis dan kimia), test deprivasi air,radioimunoassay untuk
vasopresin, rontgen cranium, dan MRI. Komplikasi diabetes insipidus
dapat terjadi dehidrasi hipernatremik serta komplikasi neurologisnya,
retardasi mental, hidronefrosis. Pada DIS yang komplit, terapi hormon
pengganti (hormonal replacement) yaitu desmopressin atau DDAVP
(1-desamino-8-d-arginine vasopressin) merupakan pilihan utama. Selain
terapi hormon pengganti, bisa juga digunakan terapi adjuvant yang
mengatur keseimbangan air, seperti: diuretik tiazid,klorpropamid,
klofibrat, karbamazepin. Untuk mencegah dehidrasi, penderitaharus
selalu minum cairan dalam jumlah yang cukup ketika mereka merasa
haus.Diabetes insipidus jarang mengancam jiwa. Penderita dengan
diabetes insipidustanpa komplikasi dapat hidup selama bertahun-tahun
dengan kesulitan poliuriadan polidipsia sepanjang mereka memiliki
mekanisme haus yang utuh danmendapatkan air dengan bebas
DAFTAR PUSTAKA
Nettina M. Sandra.
2001.
pedoman prktek keperawatan.jakarta;EGC
Baughman C. Diane &
Joann C. Hackley. 2000.
Keperawatan medikal bedah buku saku dari brunner & suddart.
Jakarta; AGC
Corwin,
Eizabeth J. 2003. Buku
Saku Patofisiologi.
Jakarta : EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar